BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Tentu telah kita pahami bahwa kurikulum merupakan
sesuatu yang sangat diperlukan dalam dunia persekolahan. Tanpa adanya sebuah
kurikulum, dipastikan proses pendidikan tidak akan terarah dan dapat mencapai
tujuan yang diharapkan. Guru akan kesulitan menjabarkan urutan dan cakupan
materi pembelajaran yang ditempuhnya, proses pembelajaran yang diselenggarakan,
alat/media yang digunakan, penilaian yang perlu dilakukan, dsb. Salah satu
aspek yang perlu dipahami dalam pengembangan kurikulum adalah aspek yang
berkaitan dengan organisasi kurikulum. Organisasi kurikulum berkaitan dengan
pengaturan bahan pelajaran, yang selanjutnya memiliki dampak terhadap masalah
administrative pelaksanaan proses pembelajaran.
Selain itu organisasi kurikulum sangat terkait dengan
pengaturan bahan pelajaran yang ada dalam kurikulum, sedangkan yang
menjadi sumber bahan pelajaran dalam kurikulum adalah nilai budaya, nilai
sosial, aspek siswa dan masyarakat serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian
yang tidak kalah penting organisasi kurikulum menentukan peranan guru dan
siswa dalam pembinaan kurikulum.
Dengan demikian apabila masing-masing guru dan siswa
dapat melaksanakan kurikulum secara efektif dan efisien maka tujuan pendidikan
akan tercapai secara maksimal.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Adapun rumusan masalah
dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan Organisasi
Kurikulum ?
2.
Apa saja prosedur pengorganisasian
kurikulum ?
3.
Apa kegunaan organisasi kurkulum?
4.
Apa saja faktor yang harus
diperhatikan dalam pengorganisasian
kurikulum ?
5.
Apa saja struktur program organisasi
kurikulum ?
C.
TUJUAN
Tujuan yang ingin
dicapai setelah mempelajari makalah ini adalah mengetahui :
1.
Pengertian organisasi kurikulum.
2.
Prosedur pengorganisasian kurikulum
3.
Kegunaan organisasi kurikulum.
4.
Faktor yang harus diperhatikan dalam
pengorganisasian kurikulum.
5.
Strukturprogram organisasi kurikulum.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN ORGANISASI KURIKULUM
Organisasi
kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum
program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada murid (Nurgiyantoro,
1988:111). Sedangkan Menurut Nasution (1982:135), organisasi kurikulum adalah
pola atau bentuk bahan pelajaran yang disusun dan disampaikan kepada murid-murid. Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka
umum program-program pengajaran yang di sampaikan kepada peserta didik guna
tercapainya tujuan pendidikan atau pembelajaran yang di tetapkan
Organisasi
kurikulum merupakan asas yang sangat penting bagi proses pengembangan kurikulum
dan berhubungan erat dengan tujuan pembelajaran, sebab menetukan isi bahan
pembelajaran, menentukan cara penyampaian bahan pembelajaran, menentukan bentuk
pengalaman yang akan di sajikan kepada terdidik dan menentukan peranan pendidik
dan terdidik dalam implementasi kurikulum. Organisasi kurikulum terdiri dari
mata pelajaran tertentu yang secara tradisional bertujuan menyampaikan
kebudayaan atau sejumlah pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang harus
diajarkan kepada anak-anak. Setiap organisasi kurikulum memiliki keunggulan dan
kelemahan masing-masing baik yang bersifat teoritis maupun praktis.
Implementasi kurikulum di pengaruhi dan bergantung kepada beberapa factor
terutama guru, kepala sekolah, sarana belajar dan orang tua murid.
B.
PROSEDUR
ORGANISASI KURIKULUM
Hamalik
berpendapat di dalam bukunya Muhammad Zaini, pengorganisasian kurikulum
terdapat beberapa prosedur yang meliputi :
1.
Prosedur pembelajaran
Pemilihan isi kurikulum didasarkan atas materi yang
terkandung di dalam buku pelajaran atau sejumlah buku pelajaran yang telah di
pilih oleh sebuah panitia tertentu.
2.
Prosedur survey pendapat
Pemilihan dan pengorganisasian isi kurukulum di
lakukan dengan jalan mengadakan survey atau penelitian terhadap pendapat
berbagai pihak.
3.
Prosedur studi kesalahan
Prosedur ini di laksanakan dengan jalan mengadakan
analisis terhadap kesalahan, kekeliruan, kelemahan atau kebaikan atas
hasil-hasil atau pengalaman kurikuler.
4. Prosedur
mempelajari kurikulum lainnya
Prosedur ini dapatdisamakan dengan metode tambal sulam
dengan mempelajari metode sekolah lain, guru atau sekolah dapat menetapkan atau
menentukan isi kurikulum untuk sekolahnya sesuai dengan tujuan.
5. Analisis
kegiatan orang dewasa
Melalui prosedur ini terlebih dahulu di adakan studi
terhadap kegiatan-kegiatan dalam kehidupan untuk menemukan sejumlah kegiatan
yang di perkirakan berguna untuk di pelajari oleh para siswa di sekolah.
Kegiatan yang di analisis adalah yang berkenaan dengan pekerjaan atau jabatan.
6. Prosedur
fungsi sosial
Prosedur ini bertalian dengan prosedur analisis
kegiatan masyarakat. Masyarakat melakukan banyak fungsi social dalam
kehidupannya yang bermacam ragam dan bentuknya, dan berada dalam daerah
kehidupan tertentu, fungsi yang telah di tentukan, di klasifikasikan menjadi sejumlah area of living.
7. Prosedur
minat kebutuhan
Menurut prosedur ini di dasarkan atas minat dan
kebutuhan siswa dan berkenaan dengan fungsi-fungsi personal dan sosial.
C.
KEGUNAAN
ORGANISASI KURIKULUM
Dalam proses
pengembangan kurikulum organisasi berperan sebagai suatu metode untuk
menentukan seleksi dan pengorganisasian pengalaman-pengalaman belajar
yang di selenggarakan oleh sekolah, organisasi kurikulum menunjukkan peranan
guru, peserta didik dan lain-lain yang terlibat aktif dalam proses perencanaan
kurikulum.
1. Mempermudah
dalam membuat struktur pendidik dan bahan yang diajarkan
Salah satu
dari tujuan organisasi kurikulum tersebut adalah bagaimana membuat dan
mempermudah dalam struktur terhadap bahan dan pendidik. Struktur kurikulum ini
diartikan bahwa dalam pembuatan suatu pedoman perencanaan terhadap bahan yang
akan diajarkan itu memiliki pembagian yang cukup tertata dalam suatu tingkatan
dalam KBM. Dengan memiliki suatu tingkatan kurikulum diharapkan dapat
mempermudah baik kepada pengajar pada khususnya dan terhadap bahan pelajaran
yang akan diajarkan dalam KBM
2. Mempermudah
pencapaian tujuan baik secara jangka pendek maupun jangka panjang.
Tujuan
jangka pendek sebenarnya dalam kurikulum tersebut adalah berupa penilaian yang
dilakukan sekolah itu sifatnya berupa kuantitatif terhadap mata pelajaran yang
diajarkan disekolah. Sedangkan dalam jangka panjang tujuan tersebut memuat
bagaimana daya dan kreasi yang dimiliki yang pernah diajarkan suatu lembaga
pendidikan itu dapat diterapkan dengan baik dilingkunganya
3. Mempermudah
spesialisasi bahan yang diajarkan
Pengkhususan
bahan ajar disini diartikan sebagai suatu tindakan dimana bahan yan diajarkan
itu lebih terfokus dalam satu bidang yang menjadi bakat dan minat yang dimiliki
oleh siswa dalam proses KBM. Pengkhususan ini juga sangat penting bagi pendidik
supaya mempermudah dalam pengajaran yang akan dilakukan baik didalam kelas
maupun diliuar kelas dalam KBM
4. Mempermudah
dalam penggunaan strategi atau metode yang dilakukan oleh para pendidik
Salah satu
upaya yang dilakukan dalam organisasi kurikulum untuk mencapai tujuan tersebut
dengan menggunakan suatu strategi yang sangat penting. Strategi tersebut
digunakan sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Pada
khususnya pada strategi ini banyak dilakukan oleh para pendidik agar
benar-benar lebih efektif dan efisien dalam KBM
5. Mempermudah
dalam koordinasi dan kerja sama antar bagian baik pendidik ataupun mata
pelajaran yang diajarkan, dan pembuat kebijakan.
Kerjasama
ini dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang didasarkan atas suatu kerjasama
antar berapa bagian yang saling terkait satu sama lainya. Sedangkan koordinasi
adalah suatu yang memiliki interaksi satu sama lainya yang terjadinya tidak ada
miss komunikasi satu dengan yang lainnya. Jadi kerja sama dan koordinasi ini
merupakan salah satu hal yang penting dalam organisasi kurikulum. Ini diartikan
dengan bagaimana seorang system pendidikan yang tertera dalam suatu kurikulum
itu memiliki ikatan kerja sama satu sama lainnay yaitu antar bahan mata
pelajaran, pendidik, peserta didik, lingkungan serta lainya dalam mencapai
suatu tujuan didalam pedoman kurikulum tersebut. Koordinasi merupakan suatu hal
yang memiliki tingkatan yang sangat penting, ini diartikan sebagai suatu cara
untuk tidak saling salah paham antar system yang ada dalam konsep (dalam hal
ini pembuat kebijakan) dengan pelaksana kebijakan tersebut (pendidikan dan
lembaga yang melaksanakanya)
6. Sebagai
jembatan untuk mencapai suatu tujuan dari sebuah sistem pendidikan yang
ditargetkan
Sebagai
jembatan disini maksudnya bahwa organisasi kurikulum adalah suatu pedoman dari
mata pelajaran yang akan ditempuh dalam suatu pendidikan. Jembatan disini
berfungsi sebagai suatu jalan untuk menyatukan suatu system pendidikan yang
tertuang dalam organisasi kurikulum dengan maksud supaya adanya pencapaian yang
diharapkan baik secara kualitas maupun kuantitas.
D.
FAKTOR YANG
HARUS DIPERHATIKAN DALAM ORGANISASI KURIKULUM
Dalam organisasi kurikulum ada beberapa faktor yang
perlu diperhatikan yakni :
1.
Ruang lingkup (Scope)
Merupakan keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman
yang harus dipelajari siswa. Ruang lingkup bahan pelajaran sangat tergantung
pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
2.
Urutan bahan (Sequence)
Berhubungan dengan urutan penyusunan bahan pelajaran
yang akan disampaikan kepada siswa agar proses belajar dapat berjalan dengan
lancar.Urutan bahan meliputi dua hal yaitu urutan isi bahan pelajaran
dan urutan pengalaman belajar yang memerlukan pengetahuan tentang perkembangan
anak dalam menghadapi pelajaran tertentu.
3.
Kontinuitas
Berhubungan dengan kesinambungan bahan pelajaran tiap
mata pelajaran, pada tiap jenjang sekolah dan materi pelajaran yang terdapat
dalam mata pelajaran yang bersangkutan. Kontinuitas ini dapat bersifat
kuantitatif dan kualitatif.
4.
Keseimbangan
Adalah faktor yang berhubungan dengan bagaimana semua
mata pelajaran itu mendapat perhatian yang layak dalam komposisi
kurikulum yang akan diprogramkan pada siswa. Keseimbangan dalam kurikulum dapat
ditinjau dari dua segi yakni keseimbangan isi atau apa yang dipelajari, dan
keseimbangan cara atau proses belajar.
5.
Integrasi atau keterpaduan
Berhubungan dengan bagaimana pengetahuan dan
pengalaman yang diterima siswa mampu memberi bekal dalam menjawab tantangan
hidupnya, setelah siswa menyelesaikan program pendidikan disekolah.
E.
STRUKTUR
PROGRAM ORGANISASI KURIKULUM
Struktur
program dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur horizontal dan
struktur vertical. Struktur horizontal berhubungan dengan masalah
pengorganisasian atau penyusunan bahan pelajaran kedalam pola tertentu,
sedangkan struktur vertikal berhubungan dengan masalah sistem-sistem
pelaksanaan kurikulum sekolah, termasuk di dalamnya sistem pengalokasian waktu.
1.
Struktur Horizontal
Struktur horizontal dalam organisasi kurikulum adalah
suatu bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada
siswa. Hal ini berkaitan erat dengan tujuan pendidikan, isi pelajaran, dan
strategi pembelajarannya. Dalam kaitannya dengan struktur horizontal ini
terdapat tiga macam bentuk penyusunan kurikulum, yaitu :
a.
Separated Subyek
Curiculum (Mata Pelajaran Terpisah)
Kurikulum ini disebut demikian karena segala bahan
pelajaran disajikan dalam subject atau mata
pelajaran yang terpisah-pisah. Sehingga banyak jenis mata
pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya. Jumlah mata pelajaran yang diberikan
cukup bervariasi bergantung pada tingkat dan jenis sekolah yang bersangkutan.
Dalam praktek penyampaian pengajarannya, tanggung jawab terletak pada
masing-masing guru atau pendidik yang menangani suatu mata pelajaran yang
dipegangnya.
Kurikulum yang disusun
dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat subject centered, berpusat ada bahan
pelajaran daripada child centered yang berpusat pada minat dan kebutuhan anak.
Dari segi ini jelas kurikulum bentuk terpisah sangat menekankan pembentukan
intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan kepribadian anak secara
keseluruhan.
Kurikulum ini sejak lama
diterapkan pada sekolah-sekolah kita, sampai dengan munculnya kurikulum tahun
1968 dan kurikulum tahun 1975. Kurikulum ini mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
1)
Terdiri atas sejumlah mata pelajaran
yang terpisah satu sama lain, dan masing-masing berdiri sendiri.
2)
Tiap mata pelajaran seolah-olah
tersimpan dalam kotak tersendiridan diberikan dalam waktu tertentu.
3)
Hanya bertujuan pada penguasaan
sejumlah ilmu pengetahuan dan mengabaikan perkembangan aspek tingkah laku
lainnya.
4)
Tidak didasarkan pada kebutuhan,
minat, dan masalah yang dihadapai para siswa.
5)
Bentuk kurikulum yang tidak
mempertimbangkan kebutuhan, masalah, dan tututan dalam masyarakat yang
senantiasa berubah dan berkembang.
6)
Pendekatan metodologi mengajar yang
digunakan adalah sistem penuangan (imposisi) dan menciptakan perbedaan
individual di kalangan para siswa
7)
Guru berperan aktif, dengan
pelaksaan sistem guru mata pelajaran dan mengabaikan unsur belajar
aktif di kalangan para siswa.
8)
Para siswa sama sekali tidak
dilibatkan dalam perencanaan kurikulum secara kooperatif .
Ada beberapa
keuntungan yang diperoleh dari kurikulum ini, antara lain:
1)
Penyajian bahan pelajaran dapat
disusun secara logis dan sistematis.
2)
Organisasi kurikulum bentuk ini
sangat sederhana dan tidak terlalu sulit untuk direncanakan, serta mudah
dilaksanakan.
3)
Mudah dievaluasi dan dites.
4)
Dapat digunakan dari tingkat sekolah
dasar sampai perguruan tinggi.
5)
Pendidik atau guru sebagai pelaksana
kurikulum dalam mempergunakannya lebih mudah.
6)
Tidak sulit untuk diadakan
perubahan-perubahan.
Di samping adanya keuntungan kurikulum bentuk
tersebut, ada juga beberapa kelemahan dari bentuk separated subject
curriculum, sebagai berikut:
1)
Bentuk mata pelajaran yang terpisah
dengan lainnya tidak relevan dengan kenyataan dan tidak mendidik anak dalam
menghadapi stuasi kehidupan mereka.
2)
Tidak memperhatikan masalah sosial
kemasyarakatan yang dihadapi peserta didik secara faktual dalam kehidupan
sehari-harinya. Hal ini disebabkan hanya berpedoman pada apa yang tertera dalam
buku atau teks.
3)
Kurang memperhatikan faktor-faktor
kejiwaan peserta didik.
4)
Tujuan kurikulum ini sangat terbatas
dan kurang memperhatikan pertumbuhan jasmani, perkembangan emosional dan sosial
peserta didik serta hanya memusatkan pada perkembangan intelektual.
5)
Kurikulum semacam ini kurang
mengembangkan kemampuan berfikir, karena mengutamakan penguasaan dan
pengetahuan dengan cara hafalan.
6)
Separated curriculum ini
cenderung menjadi statis dan tidak bersifat inovatif.
b.
Correlated Curiculum
(Kurikulum Gabungan)
Correlated curriculum adalah
bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, Tetapi tetap memperhatikan
karakteristik tiap mata pelajaran tersebut.
Hubungan antar mata pelajaran dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1)
Pertama, insidental artinya secara
kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran
lainnya. Misalnya mata pelajaran IPA disinggung tentang mata pelajaran geografi
dan sebagainya.
2)
Kedua, menghubungkan secara lebih erat
jika terdapat suatu pokok bahasan yang dibicarakan dalam berbagai mata
pelajaran. Misalnya masalah moral dan etika dibicarakan dalam mata pelajaran
agama.
3)
Ketiga, batas mata pelajaran
disatukan dan difungsikan dengan menghilangkan batasan masing-masing mata
pelajaran. Penggabungan antara beberapa mata peajaran menjadi satu disebut
sebagai broad field. Misalnya mata pelajaran bahasa merupakan peleburan dari
mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis, mengarang,menyimak dan
pengetahuan bahasa.
Ciri-ciri kurikulum ini di antaranya adalah sebagai
berikut :
1)
Berbagai mata pelajaran di
korelasikan satu dengan yang lainnya.
2)
Sudah dimulai dengan adanya usaha
untuk merelevansikan pelajaran dengan permasalaham kehidupan sehari-hari,
kendatipun tujuannya masih penguasaan pengetahuan.
3)
Sudah mulai mengusahakan penyesuaian
pelajaran dengan minat dan kemapuan para siswa, meski pelayanan terhadap
perbedaan individual masih sangat terbatas.
4)
Metode penyampaian menggunakan
metode korelasi, meski masih banyak yang menghadapi kesulitan.
5)
Meski guru masih memegang peran
penting, namun aktivitas siswa sudah mulai dikembangkan.
Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated mempunyai beberapa keunggulan. Beberapa
keunggulan yang dimaksud antara lain:
1)
Menunjukkan adanya integrasi
pengetahuan kepada peserta didik, yang mana dalam pelajaran disoroti dari
berbagai bidang dan disiplin ilmu
2)
Dapat menambah interes dan minat
peserta didik terhadap adanya hubungan antara berbagai mata pelajaran
3)
Pengetahuan dan pemahaman peserta
didik akan lebih mudah dalam dengan penguraian dan penjelasan dari berbagai
mata pelajaran
4)
Adanya kemungkinan untuk menggunakan
ilmu pengetahuan lebih fungsional
5)
Lebih mengutamakan pada pemahaman
dari prinsip-prinsip daripada pengetahuan (knowledge) dan penguasaan
fakta-fakta.
Selain itu, correlated curriculum mempunyai
kelemahan, antara lain:
1)
Bahan yang disajikan tidak
berhubungan secara langsung dengan kebutuhan dan minat peserta didik.
2)
Pengetahuan yang diberikan tidak
mendalam dan kurang sistematis pada berbagai mata pelajaran.
3)
Urutan penyusunan dan penyajian
bahan tidak secara logis dan sistematis.
4)
Kebanyakan di antara para pendidik
atau guru kurang menguasai antar disiplin ilmu, sehingga mengaburkan pemahaman
peserta didik atau siswa.
c.
Integreted Curiculum
(Kurikulum Terpadu)
Dalam integrated curriculum mata
pelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau unit tertentu. Dengan adanya
kebulatan bahan pelajaran diharapkan dapat terbentuk kebulatan pribadi peserta
didik yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya.Oleh karena itu, hal-hal yang
diajarkan di sekolah harus disesuaikan dengan situasi, masalah dan kebutuhan
kehidupan di luar sekolah.
Ciri-ciri umum dari kurikulum terpadu
ini adalah sebagai berikut :
1)
Kurikulum terdiri atas suatu bidang
pengajaran, yang di dalamnya terpadu sejumlah mata pelajaran sejenis dan
memiliki ciri-ciri yang sama.
2)
Pelajaran bertitik tolak dari core
subject, yang kemudian diuraikan menjadi sejumlah pokok bahasan.
3)
Berdasarkan tujuan kurikuler dan
tujuan instruktusional yang telah digariskan.
4)
Sistem penyampaian bersifat terpadu.
5)
Guru berperan selaku guru bidang
studi.
6)
Minat, masalah, serta kebutuhan siwa
dan masyarakat dipertimbangkan sebagai dasar penyusunan kurikulum, walaupun
masih dalam batas-batas tertentu.
7)
Dikenalkan berbagai jenis bidang
studi.
Adapun kelebihan dari integrated curriculum, yaitu :
1)
Segala hal yang dipelajari dalam
unit bertalian erat satu sama lain.
2)
Sangat sesuai dengan perkembangan
moderen tentang belajar mengajar yang mendasarkan pada pengalaman, kematangan,
dan minat anak.
3)
Memungkinkan adanya hubungan antara
sekolah dan masyarakat
4)
Sesuai dengan ide demokrasi, dimana
peserta didik dirangsang untuk berpikir sendiri, bekerja sendiri dan memikul
tanggung jawab bersama serta bekerja sama dalam kelompok.
Adapun kelemahan dari organisasi kurikulum ini adalah:
1)
Organisasinya tidak logis dan kurang
sistematis.
2)
Pendidik atau guru pada ummumnya
kurang dipersiapkan untuk menjalankan kurikulum dalam bentuk ini.
3)
Pelaksanaan kurikulum ini sangat
memerlukan waktu dan dukungan peralatan serta sarana dan prasarana yang cukup.
4)
Tidak memiliki standar hasil belajar
yang kelas.
2.
Struktur Vertikal
Struktur vertical berhubungan dengan masalah sistem
pelaksanaan kurikulum sekolah. Hal ini menyangkut :
a.
Pelaksanaan
kurikulum dengan / dan tanpa sistem kelas
1)
Sistem kelas
Pada sistem ini, penerepan kurikulum dilaksanakan
melalui kelas-kelas (tingkat-tingkat) tertentu. Di SD misalnya, terdapat kelas
1 sampai dengan 6; di SMP/MTs terdapat kelas 1-3 atau kelas 7-9; dan di SMA/MA
atau SMK/MAK terdapat kelas 1-3 atau 10-12. Kurikulum setiap jenjang telah
mencantumkan bahan apa saja yang harus disampaikan, seberapa luas dan dalam
bahan tersebut, serta bagaimana urutan sajiannya pada tiap-tiap kelas. Jadi,
bahan atau materi pelajaran yang diperuntukkan pada setiap kelas berbeda-beda.
Penentuan cakupan, urutan, alokasi waktu pelajaran,
dan kesesuaiannya dengan tingkat kematangan psikologis anak didik pada setiap
kelas dilakukan dengan perhitungan dan pertimbangan yang cermat dan tepat.
Adanya sistem kelas ini membawa konsekuensi dilaksanakannya sistem kenaikan
kelas pada setiap tahun. Penentuan kenaikan kelas terutama didasarkan pada
penguasaan bahan / materi pelajaran yang telah ditentukan untuk tiap tingkatan
kelas. Siswa naik kelas apabila dianggap telah memiliki tingkat penguasaan
tertentu atas bahan/materi pelajaran yang dipelajarinya.
Segi kelogisan, kesistematisan, dan ketepatan dalam
penjejangan bahan pelajaran yang harus diajarkan merupakan kelebihan dari system
kelas. Selain itu, system ini juga memberikan kemudahan dalam hal penyusunan,
pengembangan, penilaian kurikulum yang digunakan : pembagian tugas mengajar
guru sesuai dengan kompetensinya masing-masing; penilaian hasil belajar siswa;
serta pengaturan administrasi.
Kelemahan sistem kelas diantaranya terletak pada
timbulnya efek psikologis (juga orang tua) yang tidak naik kelas. Mereka
berpeluang menjadi malu, tertekan, dan bahkan frustasi. System ini pun sering
tidak dapat menangkal factor subjektif yang biasa merugikan siswa.
Sistem kelas menuntut penataan materi pembelajaran
secara sistematis logis, dan terukur. Hal ini terkait dengan cakupan materi dan
ketersediaan waktu pembelajaran untuk setiap tingkat kelas.
2)
Sistem Tanpa Kelas
Pelaksanaan kurikulum dalam system tanpa kelas tidak
mengenal adanya tingkat kelas-kelas tertentu. Setiap siswa diberi kebebasan
untuk berpindah program setiap waktu tanpa harus menunggu kawan-kawannya.
Keunggulan sistem ini treletak pada kebebasan yang
dimiliki siswa. Siswa boleh memilih tingkat-tingkat program sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Jadi, sistem ini sangat memperhatikan individu dan
perbedaan antar individu. Oleh karenanya, pelaksanaan system ini sangat
menuntut pendampingan siswa secara individual dan kesiapan satuan
tingkat-tingkat program.
Kelemahan sistem ini menyangkut substansi isi/materi
pelajaran dan sistem pelaksanaan pendidikan secara makro di Indonesia. Dalam
hal substansi materi, dengan system ini sulit ditentukan cakupan urutan materi
setiap program untuk mencegah keterulangan bahan/materi yang sama. Pada sisi
pelaksanaan, guru akan mengalami kesulitan dan kerepotan.
Dengan melihat berbagai kemungkinan yang ditimbulkan
oleh sistem tanpa kelas, tampaknya sulit dapat menerapkan system tanpa kelas
dalam sistem pendidikan di Indonesia.
3)
Kombinasi antara Sistem Kelas dan
Tanpa Kelas
Dengan system kombinasi ini, anak yang memiliki
tingkat kepandaian tertentu diberi kesempatan untuk terus maju, tidak harus
terus bersama teman-temannya. Namun tidak berarti pula ia meninggalkan kelasnya
sama sekali. Sistem pendidikan seperti ini dapat disebut sebagai sistem
pengajaran modul. Dalam sistem ini, di samping disediakannya bahan pelajaran
yang sama untuk seluruh kelas, juga disediakan kebebasan pada siswa yang mampu mengambil
bahan/materi pelajaran berikutnya atau program pengayaan. Dengan system modul,
siswa yang memang mampu mempunyai kemungkinan untuk dapat lebih dulu menamatkan
sekolah dibanding teman-temannya.
b.
Sistem
Unit Waktu
Sistem unit waktu yang dikenal dalam pelaksanaan
pendidikan adalah system caturwulan dan sistem semester. Dalam sistem
caturwulan, waktu satu tahun dibagi menjadi tiga unit watu masing-masing empat
bulan. Dari sini kemudian dengan adanya caturwulan I, II, III. Pembagian unit
waktu seperti ini berimplikasi pada penyusunan kurikulum untuk tiap-tiap
tingkat. Pada setiap akhir caturwulan, anak akan mendapatkan nilai hasil
belajar (rapor).
Sistem unit waktu yang kedua adalah sistem semester.
Dalam sistem semester, waktu satu tahun dibagi menjadi dua unit waktu.
Masing-masing semester terdiri atas enam bulan, dengan 16 hingga 20 minggu
belajar efektif.
Pengalokasian waktu menyangkut jatah waktu
untuk masing-masing mata pelajaran dan isi program tiap mata pelajaran tersebut
pada tingkat sekolah.
1)
Pengalokasian waktu untuk setiap
mata pelajaran
Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan alokasi
waktu untuk setiap mata pelajaran, yaitu :
a)
besar kecilnya peranan suatu mata
pelajaran untuk mencapai tuuan pendidikan, yang dikaitkan dengan lembaga dan spesialisasinya.
b)
keluasan, kompleksitas, dan taraf
kesulitan masing-masing mata pelajaran. Yang memenentukan keluasan dan
kedalaman suatu mata pelajaran ialah misi dan spesialisasi lembaga/sekolah itu.
c)
peranan mata pelajaran dalam
penyiapan lulusan suatu sekolah sesuai dengan misinya. Berdasarkan misi ini,
dikenal ada sekolah yang menyiapkan untuk melanjutkan ke tingkat sekolah di
atasnya ; ada pula yang menyiapkan lulusannya langsung terjun ke dunia kerja.
Pemberian jatah waktu tiap mata pelajaran bisa juga
didasarkan pada satuan yang ditetapkan. Misalnya pada kurikulum 1984, jatah
waktu ditunjukkan dengan satuan kredit semester (sks) atau biasa
disebut “kredit”.
2)
Pengalokasian waktu untuk
pokok-pokok bahasan tiap mata pelajaran
Setiap mata pelajaran memiliki sejumlah pokok bahasan
yang berbeda-beda. Penentuan jumlah jam/waktu dalam satu semester untuk setiap
pokok bahasan juga mengalami masalah yang sama dengan pengalokasian waktu untuk
setiap mata pelajaran. Hal ini terjadi karena jam yang dialokasikan untuk
setiap mata pelajaran akan terkait dengan ketersedian waktu untuk menyampaikan
keseluruhan pokok bahasan yang ada dalam mata pelajaran tersebut.
Jadi, hal-hal yang harus dipertimbangkan
dalam pembagian waktu untuk setiap pokok bahasan dalam suatu mata pelajaran
adalah :
a)
Peranan setiap pokok bahasan dalam
pencapaian tujuan pendidikan, baik tujuan instruksional maupun kurikuler yang
terumuskan dalam bentuk kompetensi dasar. Pokok bahasan yang memiliki peranan
lebih besar harus diberi alokasi jam lebih banyak daripada pokok bahasan yang
lain.
b)
Keluasan, kompleksitas, dan tingkat
kesulitan tiap pokok bahasan. Pokok bahasan yang cukup luas, rumit, dan
memiliki tingkat kesulitan tinggi harus deberi jatah jam lebih banyak, karena
umumnya memerlukan waktu penyajian yang lebih lama.
c)
Aspek ranah kemampuan yang menjadi
penekanan pokok bahasan yang dimaksud. Pokok bahasan itu menekankan kemampuan
kognitif atau keterampilan. Ranah keterampilan umumnya memerlukan jam yang
lebih banyak, karena untuk sampai pada penguasaan keterampilan perlu melewati
aspek pengetahuan terlebih dahulu.
F.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Organisasi kurikulum merupakan hal
yang terpenting dalam mencapai tujuan pendidikan, oleh sebab itu
pengorganisasian dalam kurikulum sangat diperlukan dan diharuskan untuk
mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Melalui organisasi kurikulum ini,
guru dan pengelola pendidikan akan memiliki gambaran yang jelas tentang tujuan
program pendidikan, bahan ajar, tata urut dan cakupan materi, penyajian materi,
serta peran guru dan murid dalam rangkaian pembelajaran. Cara
pengembang kurikulum mengorganisasikan kurikulum akan berkaitan pula dengan
bentuk atau model kurikulum yang dianutnya.
Adapun cara yang harus dilakukan
untuk mencapai tujuan pendidikan adalah dengan menyusun struktur program
organisasi kurikulum yaitu struktur vertikal dan struktur horizontal. Struktur
horizontal berkaitan dengan bagaimana bahan/mata pelajaran
diorganisasikan/disusun dalam pola-pola tertentu. Adapun struktur vertikal
berkaitan dengan sistem pelaksanaan kurikulum di sekolah.
B. SARAN
Adapun saran yang ingin disampaikan
adalah :
1.
Kepada para pendidik harus mampu
mengorganisasikan kurikulum sehingga tujuan pendidikan bisa dicapai;
2.
Kepada para calon pendidik/guru
semoga bisa mengambil pengalaman dari makalah ini mengenai Organisasi Kurikulum
dalam mencapai tujuan pendidikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar