Rabu, 18 November 2015

Makalah Organisasi Kurikulum

BAB I
PENDAHULUAN


A.      LATAR BELAKANG
Tentu telah kita pahami bahwa kurikulum merupakan sesuatu yang sangat diperlukan dalam dunia persekolahan. Tanpa adanya sebuah kurikulum, dipastikan proses pendidikan tidak akan terarah dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Guru akan kesulitan menjabarkan urutan dan cakupan materi pembelajaran yang ditempuhnya, proses pembelajaran yang diselenggarakan, alat/media yang digunakan, penilaian yang perlu dilakukan, dsb. Salah satu aspek yang perlu dipahami dalam pengembangan kurikulum adalah aspek yang berkaitan dengan organisasi kurikulum. Organisasi kurikulum berkaitan dengan pengaturan bahan pelajaran, yang selanjutnya memiliki dampak terhadap masalah administrative pelaksanaan  proses pembelajaran.
Selain itu organisasi kurikulum sangat terkait dengan pengaturan  bahan pelajaran yang ada dalam kurikulum, sedangkan yang menjadi sumber bahan pelajaran dalam kurikulum adalah nilai budaya, nilai sosial, aspek siswa dan masyarakat serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian yang tidak kalah penting organisasi kurikulum menentukan  peranan guru dan siswa dalam pembinaan kurikulum.

Dengan demikian apabila masing-masing guru dan siswa dapat melaksanakan kurikulum secara efektif dan efisien maka tujuan pendidikan akan tercapai secara maksimal.

B.       RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.         Apa yang dimaksud dengan Organisasi Kurikulum ?
2.         Apa saja prosedur pengorganisasian kurikulum ?
3.         Apa kegunaan organisasi kurkulum?
4.         Apa saja faktor yang harus diperhatikan dalam pengorganisasian kurikulum ?
5.         Apa saja struktur program organisasi kurikulum ?




C.      TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai setelah mempelajari makalah ini adalah mengetahui :
1.         Pengertian organisasi kurikulum.
2.         Prosedur pengorganisasian kurikulum
3.         Kegunaan organisasi kurikulum.
4.         Faktor yang harus diperhatikan dalam pengorganisasian kurikulum.
5.         Strukturprogram organisasi kurikulum.




BAB II
PEMBAHASAN

                                                                   
A.      PENGERTIAN ORGANISASI KURIKULUM
Organisasi kurikulum adalah  struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-program pengajaran yang akan disampaikan kepada murid (Nurgiyantoro, 1988:111). Sedangkan Menurut Nasution (1982:135), organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk bahan pelajaran yang disusun dan disampaikan kepada murid-murid. Organisasi kurikulum adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka umum program-program pengajaran yang di sampaikan kepada peserta didik guna tercapainya  tujuan pendidikan atau pembelajaran yang di tetapkan
Organisasi kurikulum merupakan asas yang sangat penting bagi proses pengembangan kurikulum dan berhubungan erat dengan tujuan pembelajaran, sebab menetukan isi bahan pembelajaran, menentukan cara penyampaian bahan pembelajaran, menentukan bentuk pengalaman yang akan di sajikan kepada terdidik dan menentukan peranan pendidik dan terdidik dalam implementasi kurikulum. Organisasi kurikulum terdiri dari mata pelajaran tertentu yang secara tradisional bertujuan menyampaikan kebudayaan atau sejumlah pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang harus diajarkan kepada anak-anak. Setiap organisasi kurikulum memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing baik yang bersifat teoritis maupun praktis. Implementasi kurikulum di pengaruhi dan bergantung kepada beberapa factor terutama guru, kepala sekolah, sarana belajar dan orang tua murid.

B.       PROSEDUR ORGANISASI KURIKULUM
Hamalik berpendapat di dalam bukunya Muhammad Zaini, pengorganisasian kurikulum terdapat beberapa prosedur yang meliputi :
1.         Prosedur pembelajaran
Pemilihan isi kurikulum didasarkan atas materi yang terkandung di dalam buku pelajaran atau sejumlah buku pelajaran yang telah di pilih oleh sebuah panitia tertentu.
2.         Prosedur survey pendapat
Pemilihan dan pengorganisasian isi kurukulum di lakukan dengan jalan mengadakan survey atau penelitian terhadap pendapat berbagai pihak.
3.         Prosedur studi kesalahan
Prosedur ini di laksanakan dengan jalan mengadakan analisis terhadap kesalahan, kekeliruan, kelemahan atau kebaikan atas hasil-hasil atau pengalaman kurikuler.
4. Prosedur mempelajari kurikulum lainnya
Prosedur ini dapatdisamakan dengan metode tambal sulam dengan mempelajari metode sekolah lain, guru atau sekolah dapat menetapkan atau menentukan isi kurikulum untuk sekolahnya sesuai dengan tujuan.
5. Analisis kegiatan orang dewasa
Melalui prosedur ini terlebih dahulu di adakan studi terhadap kegiatan-kegiatan dalam kehidupan untuk menemukan sejumlah kegiatan yang di perkirakan  berguna untuk di pelajari oleh para siswa di sekolah. Kegiatan yang di analisis adalah yang berkenaan dengan pekerjaan atau jabatan.
6. Prosedur fungsi sosial
Prosedur ini bertalian dengan prosedur analisis kegiatan masyarakat. Masyarakat melakukan banyak fungsi social dalam kehidupannya yang bermacam ragam dan bentuknya, dan berada dalam daerah kehidupan tertentu, fungsi yang telah di tentukan, di klasifikasikan menjadi sejumlah area of living.
7. Prosedur minat kebutuhan
Menurut prosedur ini di dasarkan atas minat dan kebutuhan siswa dan berkenaan dengan fungsi-fungsi personal dan sosial.

C.      KEGUNAAN ORGANISASI KURIKULUM
Dalam proses pengembangan kurikulum organisasi berperan sebagai suatu metode untuk menentukan  seleksi dan pengorganisasian pengalaman-pengalaman belajar yang di selenggarakan oleh sekolah, organisasi kurikulum menunjukkan peranan guru, peserta didik dan lain-lain yang terlibat aktif dalam proses perencanaan kurikulum.
1.      Mempermudah dalam membuat struktur pendidik dan bahan yang diajarkan
Salah satu dari tujuan organisasi kurikulum tersebut adalah bagaimana membuat dan mempermudah dalam struktur terhadap bahan dan pendidik. Struktur kurikulum ini diartikan bahwa dalam pembuatan suatu pedoman perencanaan terhadap bahan yang akan diajarkan itu memiliki pembagian yang cukup tertata dalam suatu tingkatan dalam KBM. Dengan memiliki suatu tingkatan kurikulum diharapkan dapat mempermudah baik kepada pengajar pada khususnya dan terhadap bahan pelajaran yang akan diajarkan dalam KBM
2.      Mempermudah pencapaian tujuan baik secara jangka pendek maupun jangka panjang.
Tujuan jangka pendek sebenarnya dalam kurikulum tersebut adalah berupa penilaian yang dilakukan sekolah itu sifatnya berupa kuantitatif terhadap mata pelajaran yang diajarkan disekolah. Sedangkan dalam jangka panjang tujuan tersebut memuat bagaimana daya dan kreasi yang dimiliki yang pernah diajarkan suatu lembaga pendidikan itu dapat diterapkan dengan baik dilingkunganya
3.      Mempermudah spesialisasi bahan yang diajarkan
Pengkhususan bahan ajar disini diartikan sebagai suatu tindakan dimana bahan yan diajarkan itu lebih terfokus dalam satu bidang yang menjadi bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa dalam proses KBM. Pengkhususan ini juga sangat penting bagi pendidik supaya mempermudah dalam pengajaran yang akan dilakukan baik didalam kelas maupun diliuar kelas dalam KBM
4.      Mempermudah dalam penggunaan strategi atau metode yang dilakukan oleh para pendidik
Salah satu upaya yang dilakukan dalam organisasi kurikulum untuk mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan suatu strategi yang sangat penting. Strategi tersebut digunakan sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Pada khususnya pada strategi ini banyak dilakukan oleh para pendidik agar benar-benar lebih efektif dan efisien dalam KBM
5.      Mempermudah dalam koordinasi dan kerja sama antar bagian baik pendidik ataupun mata pelajaran yang diajarkan, dan pembuat kebijakan.
Kerjasama ini dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang didasarkan atas suatu kerjasama antar berapa bagian yang saling terkait satu sama lainya. Sedangkan koordinasi adalah suatu yang memiliki interaksi satu sama lainya yang terjadinya tidak ada miss komunikasi satu dengan yang lainnya. Jadi kerja sama dan koordinasi ini merupakan salah satu hal yang penting dalam organisasi kurikulum. Ini diartikan dengan bagaimana seorang system pendidikan yang tertera dalam suatu kurikulum itu memiliki ikatan kerja sama satu sama lainnay yaitu antar bahan mata pelajaran, pendidik, peserta didik, lingkungan serta lainya dalam mencapai suatu tujuan didalam pedoman kurikulum tersebut. Koordinasi merupakan suatu hal yang memiliki tingkatan yang sangat penting, ini diartikan sebagai suatu cara untuk tidak saling salah paham antar system yang ada dalam konsep (dalam hal ini pembuat kebijakan) dengan pelaksana kebijakan tersebut (pendidikan dan lembaga yang melaksanakanya)
6.      Sebagai jembatan untuk mencapai suatu tujuan dari sebuah sistem pendidikan yang ditargetkan
Sebagai jembatan disini maksudnya bahwa organisasi kurikulum adalah suatu pedoman dari mata pelajaran yang akan ditempuh dalam suatu pendidikan. Jembatan disini berfungsi sebagai suatu jalan untuk menyatukan suatu system pendidikan yang tertuang dalam organisasi kurikulum dengan maksud supaya adanya pencapaian yang diharapkan baik secara kualitas maupun kuantitas.

D.      FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM ORGANISASI KURIKULUM
Dalam organisasi kurikulum ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yakni :
1.         Ruang lingkup (Scope)
Merupakan keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman yang harus dipelajari siswa. Ruang lingkup bahan pelajaran sangat tergantung pada tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
2.         Urutan bahan (Sequence)
Berhubungan dengan urutan penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar.Urutan bahan meliputi dua hal yaitu urutan isi bahan pelajaran dan urutan pengalaman belajar yang memerlukan pengetahuan tentang perkembangan anak dalam menghadapi pelajaran tertentu.
3.         Kontinuitas
Berhubungan dengan kesinambungan bahan pelajaran tiap mata pelajaran, pada tiap jenjang sekolah dan materi pelajaran yang terdapat dalam mata pelajaran yang bersangkutan. Kontinuitas ini dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif.
4.         Keseimbangan
Adalah faktor yang berhubungan dengan bagaimana semua mata pelajaran itu mendapat perhatian  yang layak dalam komposisi kurikulum yang akan diprogramkan pada siswa. Keseimbangan dalam kurikulum dapat ditinjau dari dua segi yakni keseimbangan isi atau apa yang dipelajari, dan keseimbangan cara atau proses belajar.

5.         Integrasi atau keterpaduan
Berhubungan dengan bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang diterima siswa mampu memberi bekal dalam menjawab tantangan hidupnya, setelah siswa menyelesaikan program pendidikan disekolah.

E.       STRUKTUR PROGRAM ORGANISASI KURIKULUM
Struktur program dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur horizontal dan struktur vertical. Struktur horizontal berhubungan dengan masalah  pengorganisasian atau penyusunan bahan pelajaran kedalam pola tertentu, sedangkan struktur vertikal berhubungan dengan masalah  sistem-sistem pelaksanaan kurikulum sekolah, termasuk di dalamnya sistem pengalokasian waktu.
1.         Struktur Horizontal
Struktur horizontal dalam organisasi kurikulum adalah suatu bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Hal ini berkaitan erat dengan tujuan pendidikan, isi pelajaran, dan strategi pembelajarannya. Dalam kaitannya dengan struktur horizontal ini terdapat tiga macam bentuk penyusunan kurikulum, yaitu :
a.         Separated Subyek Curiculum (Mata Pelajaran Terpisah)
Kurikulum ini disebut demikian karena segala bahan pelajaran disajikan dalam subject atau mata pelajaran yang terpisah-pisah. Sehingga banyak jenis mata pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya. Jumlah mata pelajaran yang diberikan cukup bervariasi bergantung pada tingkat dan jenis sekolah yang bersangkutan. Dalam praktek penyampaian pengajarannya, tanggung jawab terletak pada masing-masing guru atau pendidik yang menangani suatu mata pelajaran yang dipegangnya.
     Kurikulum yang disusun dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat subject centered, berpusat ada bahan pelajaran daripada child centered yang berpusat pada minat dan kebutuhan anak. Dari segi ini jelas kurikulum bentuk terpisah sangat menekankan pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan kepribadian anak secara keseluruhan.
     Kurikulum ini sejak lama diterapkan pada sekolah-sekolah kita, sampai dengan munculnya kurikulum tahun 1968 dan kurikulum tahun 1975. Kurikulum ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1)        Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain, dan masing-masing berdiri sendiri.
2)        Tiap mata pelajaran seolah-olah tersimpan dalam kotak tersendiridan diberikan dalam waktu tertentu.
3)        Hanya bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan dan mengabaikan perkembangan aspek tingkah laku lainnya.
4)        Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat, dan masalah yang dihadapai para siswa.
5)        Bentuk kurikulum yang tidak mempertimbangkan kebutuhan, masalah, dan tututan dalam masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang.
6)        Pendekatan metodologi mengajar yang digunakan adalah sistem penuangan (imposisi) dan menciptakan perbedaan individual di kalangan para siswa
7)        Guru berperan aktif, dengan pelaksaan  sistem guru mata pelajaran dan mengabaikan unsur belajar aktif di kalangan para siswa.
8)        Para siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum secara kooperatif .

Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari kurikulum ini, antara lain:

1)        Penyajian bahan pelajaran dapat disusun secara logis dan sistematis.
2)        Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana dan tidak terlalu sulit untuk direncanakan, serta mudah dilaksanakan.
3)        Mudah dievaluasi dan dites.
4)        Dapat digunakan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
5)        Pendidik atau guru sebagai pelaksana kurikulum dalam mempergunakannya lebih mudah.
6)        Tidak sulit untuk diadakan perubahan-perubahan.

Di samping adanya keuntungan kurikulum bentuk tersebut, ada juga beberapa kelemahan dari bentuk separated subject curriculum, sebagai berikut:
1)        Bentuk mata pelajaran yang terpisah dengan lainnya tidak relevan dengan kenyataan dan tidak mendidik anak dalam menghadapi stuasi kehidupan mereka.
2)        Tidak memperhatikan masalah sosial kemasyarakatan yang dihadapi peserta didik secara faktual dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini disebabkan hanya berpedoman pada apa yang tertera dalam buku atau teks.
3)        Kurang memperhatikan faktor-faktor kejiwaan peserta didik.
4)        Tujuan kurikulum ini sangat terbatas dan kurang memperhatikan pertumbuhan jasmani, perkembangan emosional dan sosial peserta didik serta hanya memusatkan pada perkembangan intelektual.
5)        Kurikulum semacam ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir, karena mengutamakan penguasaan dan pengetahuan dengan cara hafalan.
6)        Separated curriculum ini cenderung menjadi statis dan tidak bersifat inovatif.

b.        Correlated Curiculum (Kurikulum Gabungan)
Correlated curriculum adalah bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, Tetapi tetap memperhatikan karakteristik tiap mata pelajaran tersebut.
Hubungan antar mata pelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1)        Pertama, insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran IPA disinggung tentang mata pelajaran geografi dan sebagainya.
2)        Kedua, menghubungkan secara lebih erat jika terdapat suatu pokok bahasan yang dibicarakan dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya masalah moral dan etika dibicarakan dalam mata pelajaran agama.
3)         Ketiga, batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan dengan menghilangkan batasan masing-masing mata pelajaran. Penggabungan antara beberapa mata peajaran menjadi satu disebut sebagai broad field. Misalnya mata pelajaran bahasa merupakan peleburan dari mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis, mengarang,menyimak dan pengetahuan bahasa.




Ciri-ciri kurikulum ini di antaranya adalah sebagai berikut :
1)        Berbagai mata pelajaran di korelasikan satu dengan yang lainnya.
2)        Sudah dimulai dengan adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan permasalaham kehidupan sehari-hari, kendatipun tujuannya masih penguasaan pengetahuan.
3)        Sudah mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemapuan para siswa, meski pelayanan terhadap perbedaan individual masih sangat terbatas.
4)        Metode penyampaian menggunakan metode korelasi, meski masih banyak yang menghadapi kesulitan.
5)        Meski guru masih memegang peran penting, namun aktivitas siswa sudah mulai dikembangkan.

Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated mempunyai beberapa keunggulan. Beberapa keunggulan yang dimaksud antara lain:
1)        Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada peserta didik, yang mana dalam pelajaran disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu
2)        Dapat menambah interes dan minat peserta didik terhadap adanya hubungan antara berbagai mata pelajaran
3)        Pengetahuan dan pemahaman peserta didik akan lebih mudah dalam dengan penguraian dan penjelasan dari berbagai mata pelajaran
4)        Adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih fungsional
5)        Lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip daripada pengetahuan (knowledge) dan penguasaan fakta-fakta.

Selain itu, correlated curriculum mempunyai kelemahan, antara lain:
1)        Bahan yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan kebutuhan dan minat peserta didik.
2)        Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam dan kurang sistematis pada berbagai mata pelajaran.
3)        Urutan penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan sistematis.
4)        Kebanyakan di antara para pendidik atau guru kurang menguasai antar disiplin ilmu, sehingga mengaburkan pemahaman peserta didik atau siswa.

c.         Integreted Curiculum (Kurikulum Terpadu)
Dalam integrated curriculum mata pelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau unit tertentu. Dengan adanya kebulatan bahan pelajaran diharapkan dapat terbentuk kebulatan pribadi peserta didik yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya.Oleh karena itu, hal-hal yang diajarkan di sekolah harus disesuaikan dengan situasi, masalah dan kebutuhan kehidupan di luar sekolah.
Ciri-ciri umum dari kurikulum terpadu ini adalah sebagai berikut :
1)        Kurikulum terdiri atas suatu bidang pengajaran, yang di dalamnya terpadu sejumlah mata pelajaran sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama.
2)        Pelajaran bertitik tolak dari core subject, yang kemudian diuraikan menjadi sejumlah pokok bahasan.
3)        Berdasarkan tujuan kurikuler dan tujuan instruktusional yang telah digariskan.
4)        Sistem penyampaian bersifat terpadu.
5)        Guru berperan selaku guru bidang studi.
6)        Minat, masalah, serta kebutuhan siwa dan masyarakat dipertimbangkan sebagai dasar penyusunan kurikulum, walaupun masih dalam batas-batas tertentu.
7)        Dikenalkan berbagai jenis bidang studi.

Adapun kelebihan dari integrated curriculum, yaitu :
1)        Segala hal yang dipelajari dalam unit bertalian erat satu sama lain.
2)        Sangat sesuai dengan perkembangan moderen tentang belajar mengajar yang mendasarkan pada pengalaman, kematangan, dan minat anak.
3)        Memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan masyarakat
4)        Sesuai dengan ide demokrasi, dimana peserta didik dirangsang untuk berpikir sendiri, bekerja sendiri dan memikul tanggung jawab bersama serta bekerja sama dalam kelompok.


Adapun kelemahan dari organisasi kurikulum ini adalah:
1)        Organisasinya tidak logis dan kurang sistematis.
2)        Pendidik atau guru pada ummumnya kurang dipersiapkan untuk menjalankan kurikulum dalam bentuk ini.
3)        Pelaksanaan kurikulum ini sangat memerlukan waktu dan dukungan peralatan serta sarana dan prasarana yang cukup.
4)        Tidak memiliki standar hasil belajar yang kelas.

2.         Struktur Vertikal
Struktur vertical berhubungan dengan masalah sistem pelaksanaan kurikulum sekolah. Hal ini menyangkut :
a.        Pelaksanaan kurikulum dengan / dan tanpa sistem kelas
1)        Sistem kelas
Pada sistem ini, penerepan kurikulum dilaksanakan melalui kelas-kelas (tingkat-tingkat) tertentu. Di SD misalnya, terdapat kelas 1 sampai dengan 6; di SMP/MTs terdapat kelas 1-3 atau kelas 7-9; dan di SMA/MA atau SMK/MAK terdapat kelas 1-3 atau 10-12. Kurikulum setiap jenjang telah mencantumkan bahan apa saja yang harus disampaikan, seberapa luas dan dalam bahan tersebut, serta bagaimana urutan sajiannya pada tiap-tiap kelas. Jadi, bahan atau materi pelajaran yang diperuntukkan pada setiap kelas berbeda-beda.
Penentuan cakupan, urutan, alokasi waktu pelajaran, dan kesesuaiannya dengan tingkat kematangan psikologis anak didik pada setiap kelas dilakukan dengan perhitungan dan pertimbangan yang cermat dan tepat. Adanya sistem kelas ini membawa konsekuensi dilaksanakannya sistem kenaikan kelas pada setiap tahun. Penentuan kenaikan kelas terutama didasarkan pada penguasaan bahan / materi pelajaran yang telah ditentukan untuk tiap tingkatan kelas. Siswa naik kelas apabila dianggap telah memiliki tingkat penguasaan tertentu atas bahan/materi pelajaran yang dipelajarinya.
Segi kelogisan, kesistematisan, dan ketepatan dalam penjejangan bahan pelajaran yang harus diajarkan merupakan kelebihan dari system kelas. Selain itu, system ini juga memberikan kemudahan dalam hal penyusunan, pengembangan, penilaian kurikulum yang digunakan : pembagian tugas mengajar guru sesuai dengan kompetensinya masing-masing; penilaian hasil belajar siswa; serta pengaturan administrasi.
Kelemahan sistem kelas diantaranya terletak pada timbulnya efek psikologis (juga orang tua) yang tidak naik kelas. Mereka berpeluang menjadi malu, tertekan, dan bahkan frustasi. System ini pun sering tidak dapat menangkal factor subjektif yang biasa merugikan siswa.
Sistem kelas menuntut penataan materi pembelajaran secara sistematis logis, dan terukur. Hal ini terkait dengan cakupan materi dan ketersediaan waktu pembelajaran untuk setiap tingkat kelas.
2)        Sistem Tanpa Kelas
Pelaksanaan kurikulum dalam system tanpa kelas tidak mengenal adanya tingkat kelas-kelas tertentu. Setiap siswa diberi kebebasan untuk berpindah program setiap waktu tanpa harus menunggu kawan-kawannya.
Keunggulan sistem ini treletak pada kebebasan yang dimiliki siswa. Siswa boleh memilih tingkat-tingkat program sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Jadi, sistem ini sangat memperhatikan individu dan perbedaan antar individu. Oleh karenanya, pelaksanaan system ini sangat menuntut pendampingan siswa secara individual dan kesiapan satuan tingkat-tingkat program.
Kelemahan sistem ini menyangkut substansi isi/materi pelajaran dan sistem pelaksanaan pendidikan secara makro di Indonesia. Dalam hal substansi materi, dengan system ini sulit ditentukan cakupan urutan materi setiap program untuk mencegah keterulangan bahan/materi yang sama. Pada sisi pelaksanaan, guru akan mengalami kesulitan dan kerepotan.
Dengan melihat berbagai kemungkinan yang ditimbulkan oleh sistem tanpa kelas, tampaknya sulit dapat menerapkan system tanpa kelas dalam sistem pendidikan di Indonesia.
3)        Kombinasi antara Sistem Kelas dan Tanpa Kelas
Dengan system kombinasi ini, anak yang memiliki tingkat kepandaian tertentu diberi kesempatan untuk terus maju, tidak harus terus bersama teman-temannya. Namun tidak berarti pula ia meninggalkan kelasnya sama sekali. Sistem pendidikan seperti ini dapat disebut sebagai sistem pengajaran modul. Dalam sistem ini, di samping disediakannya bahan pelajaran yang sama untuk seluruh kelas, juga disediakan kebebasan pada siswa yang mampu mengambil bahan/materi pelajaran berikutnya atau program pengayaan. Dengan system modul, siswa yang memang mampu mempunyai kemungkinan untuk dapat lebih dulu menamatkan sekolah dibanding teman-temannya.
b.        Sistem Unit Waktu
Sistem unit waktu yang dikenal dalam pelaksanaan pendidikan adalah system caturwulan dan sistem semester. Dalam sistem caturwulan, waktu satu tahun dibagi menjadi tiga unit watu masing-masing empat bulan. Dari sini kemudian dengan adanya caturwulan I, II, III. Pembagian unit waktu seperti ini berimplikasi pada penyusunan kurikulum untuk tiap-tiap tingkat. Pada setiap akhir caturwulan, anak akan mendapatkan nilai hasil belajar (rapor).
Sistem unit waktu yang kedua adalah sistem semester. Dalam sistem semester, waktu satu tahun dibagi menjadi dua unit waktu. Masing-masing semester terdiri atas enam bulan, dengan 16 hingga 20 minggu belajar efektif.
Pengalokasian waktu menyangkut  jatah waktu untuk masing-masing mata pelajaran dan isi program tiap mata pelajaran tersebut pada tingkat sekolah.
1)        Pengalokasian waktu untuk setiap mata pelajaran
Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran, yaitu :
a)        besar kecilnya peranan suatu mata pelajaran untuk mencapai tuuan pendidikan, yang dikaitkan dengan lembaga dan spesialisasinya.
b)        keluasan, kompleksitas, dan taraf kesulitan masing-masing mata pelajaran. Yang memenentukan keluasan dan kedalaman suatu mata pelajaran ialah misi dan spesialisasi lembaga/sekolah itu.
c)        peranan mata pelajaran dalam penyiapan lulusan suatu sekolah sesuai dengan misinya. Berdasarkan misi ini, dikenal ada sekolah yang menyiapkan untuk melanjutkan ke tingkat sekolah di atasnya ; ada pula yang menyiapkan lulusannya langsung terjun ke dunia kerja.
Pemberian jatah waktu tiap mata pelajaran bisa juga didasarkan pada satuan yang ditetapkan. Misalnya pada kurikulum 1984, jatah waktu ditunjukkan dengan satuan kredit semester (sks) atau biasa disebut  “kredit”.

2)        Pengalokasian waktu untuk pokok-pokok bahasan tiap mata pelajaran
Setiap mata pelajaran memiliki sejumlah pokok bahasan yang berbeda-beda. Penentuan jumlah jam/waktu dalam satu semester untuk setiap pokok bahasan juga mengalami masalah yang sama dengan pengalokasian waktu untuk setiap mata pelajaran. Hal ini terjadi karena jam yang dialokasikan untuk setiap mata pelajaran akan terkait dengan ketersedian waktu untuk menyampaikan keseluruhan pokok bahasan yang ada dalam mata pelajaran tersebut.
Jadi,  hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pembagian waktu untuk setiap pokok bahasan dalam suatu mata pelajaran adalah :
a)         Peranan setiap pokok bahasan dalam pencapaian tujuan pendidikan, baik tujuan instruksional maupun kurikuler yang terumuskan dalam bentuk kompetensi dasar. Pokok bahasan yang memiliki peranan lebih besar harus diberi alokasi jam lebih banyak daripada pokok bahasan yang lain.
b)        Keluasan, kompleksitas, dan tingkat kesulitan tiap pokok bahasan. Pokok bahasan yang cukup luas, rumit, dan memiliki tingkat kesulitan tinggi harus deberi jatah jam lebih banyak, karena umumnya memerlukan waktu penyajian yang lebih lama.
c)         Aspek ranah kemampuan yang menjadi penekanan pokok bahasan yang dimaksud. Pokok bahasan itu menekankan kemampuan kognitif atau keterampilan. Ranah keterampilan umumnya memerlukan jam yang lebih banyak, karena untuk sampai pada penguasaan keterampilan perlu melewati aspek pengetahuan terlebih dahulu.



F.      
BAB III
PENUTUP


A.      KESIMPULAN
Organisasi kurikulum merupakan hal yang terpenting dalam mencapai tujuan pendidikan, oleh sebab itu pengorganisasian dalam kurikulum sangat diperlukan dan diharuskan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Melalui organisasi kurikulum ini, guru dan pengelola pendidikan akan memiliki gambaran yang jelas tentang tujuan program pendidikan, bahan ajar, tata urut dan cakupan materi, penyajian materi, serta peran guru dan murid dalam  rangkaian pembelajaran. Cara pengembang kurikulum mengorganisasikan kurikulum akan berkaitan pula dengan bentuk atau model kurikulum yang dianutnya.
Adapun cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan adalah dengan menyusun struktur program organisasi kurikulum yaitu struktur vertikal dan struktur horizontal. Struktur horizontal berkaitan dengan bagaimana bahan/mata pelajaran diorganisasikan/disusun dalam pola-pola tertentu. Adapun struktur vertikal berkaitan dengan sistem pelaksanaan kurikulum di sekolah.

B.       SARAN
Adapun saran yang ingin disampaikan adalah :
1.         Kepada para pendidik harus mampu mengorganisasikan kurikulum sehingga tujuan pendidikan bisa dicapai;
2.         Kepada para calon pendidik/guru semoga bisa mengambil pengalaman dari makalah ini mengenai Organisasi Kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar